Rahim Pengganti

Bab 76 "Menentukan Pilihan"



Bab 76 "Menentukan Pilihan"

Bab 76     

Menentukan Pilihan     

Dari arah kejauhan Bian mendekat istrinya itu, pria itu merasakan sesuatu yang berbeda di dalam hatinya. Ada rasa takut, yang menyerang entah apa yang akan terjadi yang jelas Bian merasakan sesuatu yang tidak beres akan terjadi.     

"Sayang!!" panggil Bian.     

Kedua wanita itu saling menoleh dan seketika Bian rasanya ingin terjatuh melihat siapa yang ada di samping istrinya. Jantung Bian rasanya mau lepas, senyum dibibirnya sudah hilang.     

"Hai suamiku!!"     

Deg     

***     

Sudah hampir 3 jam, Bian pergi bersama dengan Della entah pergi ke mana mereka berdua. Hal itu membuat perasaan Caca semakin tidak nyaman. Wanita itu takut, sangat takut sesuatu terjadi kepada suaminya.     

Pertemua dengan Della benar benar di luar dugaan, melihat raut wajah biasa biasa saja di tampilkan oleh Bian semakin membuat perasaan Caca tidak karuan. Sudah banyak pikiran negatif bersarang di benak wanita itu. Takut akan segala mimpi buruk yang terjadi.     

"Mbak ayo," ajak Siska.     

Carissa segera melangkahkan kakinya menuju mobil Elang, di sana bukan hanya Caca sendirian namun, juga ada Siska ketikanya berada di dalam mobil yang sama sedangkan Melody bersama dengan Jodi dan Mama Ratih serta Bunda Iren.     

Panti Asuhan sudah bisa di tinggal oleh bunda Iren karena sudah ada beberapa orang yang mengurusnya sedangkan demi mengisi kesendirian Bunda Iren dan Mama Ratih selalu bersama mengikuti beberapa kegiatan yang bermanfaat.     

Sepanjang jalan Carissa hanya diam, wanita itu lebih memilih menatap ke arah jalan di bandingkan seperti sebelumnya. Carissa jika sudah bersikap diam seperti saat ini, dapat dipastikan bahwa wanita itu ada yang menganggu pikiranya.     

Elang dan Siska yang duduk di depan saling melirik satu dengan lain nya, keduanya seolah memberikan isyarat bahwa ada sesuatu hal yang terjadi pada Carissa.     

"Mbak kenapa?" tanya Siska. Mencoba membuka pembicaraan, saat ini lampu merah sedang menyala membuat Elang juga ikut menoleh ke arah belakang.     

Caca terdiam, lidahnya keluh tidak bisa menjawab apa apa. Pikirannya saat ini sedang tidak baik baik saja, banyak hal yang berputar di kepalanya. Sejujurnya Caca takut dengan perjanjian tersebut, meskipun Bian sudah mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah berpisah tapi Della, Carissa takut akan sikap sahabatnya itu.     

"Mbak!!" panggil Siska. Caca menoleh ke arah depan. Bingung saat melihat, Elang dan Siska menatap ke arah nya.     

"Iya. Kenapa kalian kok menghadap ke sini, ini lagi di jalan loh," ucap Caca mencoba menutupi kesedihan yang terlihat jelas di wajah nya.     

"Mbak Caca kenapa?" tanya Siska. Namun, Caca tidak menjawab wanita itu malahan mengalihkan pembicaraan dnegan menanyakan hal lain..     

"Ca. Loe kenapa, loe bukan orang yang cocok untuk menyembunyikan semua ini," ucap Elang dengan nada datarnya. Mendengar hal itu, hanya bisa membuat Caca menghela napasnya berat. Wanita itu tidak tahu, harus bercerita dari mana.     

"Oke kita ke cafe Jodi. Kita mampir ke sana, gue juga bakalan telpon Jodi."     

"Jangan Mas. Mama dan Bunda pasti nyariin kita," larang Caca.     

"Biar aku yang hubungi Mama dan Bunda. Yang penting saat ini, mbak ceritakan semuanya sama kita, apa yang ada di dalam hati Mbak. Supaya, Mbak bisa lebih lega," ujar Sisika. Carissa pasrah, wanita itu tidak bisa menolak lagi. Semuanya sudah bertindak, dan Caca hanya bisa menunggu akan jadi seperti apa ini.     

***     

Di lain tempat, Della tersenyum bahagia wanita itu, senang saat Bian memilih mengajaknya dibandingkan menjelaskan semuanya kepada Carissa.     

"Sayang aku kangen banget sama kamu. Aku tahu kamu gak akan pernah berpaling dari aku, maka nya kamu bebasin aku," ujar Della. Bian hanya diam, laki laki itu tidak mengeluarkan sedikit kata pun.     

Mobil yang dikendarai oleh Bian sudah terparkir di lobby apartemen milik Della.     

"Turun!!" ucap Bian dingin.     

"Kenapa berhenti di sini. Kenapa gak di basement aja? Kamu gak mau mampir Sayang?" tawarnya.     

"Turun!!" ucap Bian lagi. Della lalu keluar dari dalam mobil. Namun sebelum itu wanita tersebut menarik tengkuk Bian, dan menyatukan bibir keduanya. Bian berusaha untuk menolak pria itu tidak sudi menyentuh Della.     

"Masih manis seperti biasanya," ucap Della. Bian hanya menatap datar, pria itu tidak berbuat apa apa. Yang ada di dalam kepalanya saat ini, adalah menjelaskan semuanya kepada Caca.     

Setelah Della benar benar turun, mobil tersebut sudah melaju sangat cepat. Della hanya tersenyum licik. "Lihat saja, siapa yang akan menang. Aku atau kamu, Ca!" ucapnya. Lalu wanita itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen.     

Tempat yang menjadi rumahnya saat ini, Della sudah hampir 3 bulan berada di dalam sana. Dan selama itu juga, Bian menyembunyikan semuanya.     

Ketiga orang dewasa itu menatap ke arah Caca dengan tatapan penuh tanya. Di sana ada Jodi, Siska, dan juga Elang mereka bertiga menunggu Carissa membuka suara untuk menceritakan semua yang terjadi.     

"Ada apa mbak?" tanya Siska.     

Carissa menatap mereka secara bergantian, helaan napas berat terdengar sangat jelas. Caca berusaha menahan dadanya, yang begitu sakit jika harus mengingat semuanya.     

"Della bebas."     

Sunyi senyap, tidak ada yang menjawab ucapan yang dilontarkan oleh Carissa. Hingha akhirnya Siska memekik saat otaknya baru saja tersambumh dengan apa yang dirinya dengar.     

"Gak ... gak mungkin Mbak, dia di tuntut selama beberapa tahun. Jadi gak mungkin, mbak Caca lihat dari mana?" tanya Siska. Gadis itu tidak yakin, dengan apa yang baru saja dirinya dengar. Caca sudah bisa menduga semua itu, tidak mungkin Della bisa secepat ini bebas jika tidak ada orang yang melakukannya.     

Ingin bersikap baik baik saja, namun seperti nya tidak bisa. Air mata Caca kembali mengalir, dan mengingat soal itu membuat Caca semakin tidak suka.     

"Kenapa loe bisa bilang kayak gitu, Ca. Mungkin aja loe salah lihat," ujar Jodi.     

"Tadi dia, ke taman. Orang yang kata nya mau bertemu dengan Mbak itu adalah Della."     

Mata Siska kembali melotot tajam, wanita itu tidak menyangka dengan apa yang diucapkan oleh Caca.     

"Terus di mana dia sekarang? Bian udah tahu soal hal ini, Ca? Loe haris kasih tahu Bian, biar dia yang urus semuanya. Gue yakin, Bian bisa mengatasi semuanya," ucap Elang. Namun, terlihat jelas ada kesedihan mendengar ucapan yang dilontarkan Elang.     

"Mbak!!" panggil Siska lagi, Caca masih terdiam matanya menutup dengan posisi menundukkan kepalanya, memikirkan hal itu membuat dirinya tidak kuat.     

"Ada apa Ca!! Kasih tahu kita, siapa tahu kita bisa bantu," ucap Jodi.     

"Della pergi bersama Mas Bian, dan orang yang bisa membawa Della bebas adalah Mas Bian."     

***     

Ketiganya syok, dengan cerita yang sudah di ungkapkan oleh Carissa. Siska sampai sampai emosi dan ingin melabrak Della, namun sosok malaikat di dalam hati Caca melarang Siska.     

"Jangan gunakan tenagan kamu, hanya untuk orang yang seperti itu," ucap Caca. Siska segera memeluk kakaknya, itu bahagia dan sedih menjadi satu. Kedua wanita itu saling menguatkan satu dengan lainnya.     

###     

Singkat? Maafkan yaa. Selamat membaca yaa, semoga suka. Love love di udara guys. Sehat selalu buat kalian berdua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.